Lelah, cape, pegel.. setelah melewati segala aktifitasku hari ini. Tapi aku bersyukur akhirnya sampai juga pada singgasana termewah dalam hidupku. kamar tidur. dimana aku bisa menumpahkan segala keluh kesahku dengan bantal, melampiaskan segala emosiku dengan guling, dan menuliskan ceritaku di blog. khususnya malam ini, di hari2 yang lain kadang aku hanya bicara sendiri dengan cermin.. bukan karena aku ingin merefleksi keadaan diriku, tapi memang pulsa modemku sedang sekarat.
Sesaat sebelum mulai ku pencet tombol2 keybord ini, tubuhku kurebahkan diatas kasur tipis yang sudah beberapa bulan ini menemani mimpi2 indahku.. juga mimpi buruk. Pikiranku mulai melayang pada kejadian yang menimpaku beberapa hari yang lalu, tepatnya 12 Juni 2012. Sengaja kutulis tanggalnya biar gak lupa.
Hari itu, tak seperti biasa aku langsung menuju sekolah untuk sekedar menyapa say halloo dengan guru2 yang lain. Aku langsung menuju pasar ngasem, dekat pusat kota untuk menjemput Pak Herdi, salah satu guru sekolah yang bertugas bersamaku. Hari itu adalah masa penerimaan siswa baru, jadi kami disibukkan dengan berbagai macam agenda, salah satunya adalah mengantar surat dan promosi ke berbagai penjuru TK di seluruh kota. Hasilnya, akupun kebagian tugas itu bersama Pak Herdi... Kebetulan, itu adalah hari ke 2 aku melaksanakan tugas. Tinggal 8 surat yang harus kami antar. Karena cukup sedikit, sekitar jam 10 surat telah ludes kami sebar-sebar. Kamipun berencana untuk sekedar melepas dahaga di sebuah warus rujak es krim, daerah pakualaman. Hmm, rujak es krim di sana memang sudah terkenal.. selain karena es krimnya lembut dan enak, rujaknya pun asli dari buah-buahan.
Sesaat sebelum masuk ke area jajanan Pakualaman, kami sempat bingung dan gundah.. apakah motornya mesti di parkirkan? karena parkir harus bayar 1000 sementara harga rujak es krimnya 3000.. (waduh, itungan banget). Karena takut dibilang miskin, akhirnya aku parkirkan motorku di dalam dan untungnya, aku bertemu dengan Sigit, teman lamaku dulu waktu SD yang sekarang menjadi tukang parkir di area situ. Sungguh senang rasanya, karena ada kesempatan buat parkir gratis.. :D.
Kami segera masuk dan memesan 2 mangkun rujak es krim.. tanpa babibu lagi, aku sikat ludes sampai ke akar2nya. Berbeda dengan Pak Herdi, dia masih pelan2 menikamti Rujak es krimnya dan berharap es krimnya berasal dari air matang. Karena konon katanya, dia akan langsung bersin2, meriang, dan panas dingin kalo minus es yang berasal dari air mentah. Sungguh luar biasa bukan? berarti dirinya bisa jadi indikator untuk memastikan gelonggongan es itu berasal dari air matang atau mentah.
Menikmati es krim, sepertinya menjadi pekerjaan yang sungguh teramat berat bagi Pak Herdi, hingga aku harus menunggu sambil melihat es krimnya yang masih di santapnya pelan2. Beberapa pengamenpun mulai hilir mudik mendatangi kami. Pengamen pertama, mendapat beberapa receh dari Pak Herdi, pengamen kedua mendapatkan muka telapak tanganku, lalu hadirlah pengemis ketiga. seorang banci yang membawa icik2 dan seorang lelaki tua membawa gitar kecil. Bulu kudukku mulai berdiri, mungkin Pak Herdi juga, sehingga dia mulai mempercepar proses makan memakannya.
Dengan cepat, akhirnya habis juga rujak es krim Pak Herdi yang memang tinggal sedikit. Sebelum Banci itu mendatangi kami, Pak Herdi segera menyuruhku untuk segera bergegas untuk meninggalkan lokasi. Mungkin dia gak enak kalo gak ngasih seorang pengamen jalanan. "Ayo sudah" katanya, segera kuanggukkan kepalaku pertanda setuju. Kami berdiri, namun kaki Pak Herdi tidak segera melangkah, akhirnya aku putuskan aku yang berada di depan. Namun tak disangka, aku berpaspasan dengan banci itu.. dia melihatku dan mulai memperhatiakanku dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.. "masnya ganteng deh.. ganteng deh.. Awww..." tangan bencong sialan itu ternyata berusaha menggerayangi tubuhku.. "Heyy!" aku langsung menepisnya.. Bulu kudukku serasa dalam posisi siap! Aroma minyak nyong2 yang sangat menusuk urat syarafku begitu terasa ngilu dan menggelikan.. aku segera berlari dan mengahampiri sang penjual rujak. "Busyet dah.." sambil kumaki-maki bencong sialan itu, ku keluarkan dompetku dan langsung membayar rujaknya. Pak Herdi dan Penjual rujak pun cengengesan.. Apakah mereka tau? kehormatanku hampir dinodai oleh bencong... Shitttt.... Tubuhku masih terasa noda jaringan2 kulit tangan sang bencong.. Sangat pedih sodara2.. :(.
Segera ku ambil motorku, ku engkol dengan penuh perasan bersalah. Bersalah terhadap kehormatanku karena tidak bisa melindunginya dengan baik. Pak Herdi masih cengengesan.. Hatiku makin pedih. Mengapa dia tidak membelaku saat aku terdholimi oleh bencong sialan tadi. Aku melaju pelan2 menuju penjaga parkir yang sedang bertugas. Masih terlihat Sigit disana. Sedikit kami berbasa-basi, dan gratisnya parkirpun tak menyembuhkan lukaku. Bergegas kami menuju sekolahan.. dengan perasan lega karena tugas telah selesai. dan ngilu.. Tapi akhirnya aku bersyukur, ternyata aku memang tampan. Karena, banci itu seperti makluk kecil yang polos. Berbicara apa adanya, bebicara menuruti nalurinya.. Jika memang ganteng, pasti dibilang ganteng.. kalo jelek, pasti dibilang kembarannya.. Syukurlah aku mendapat pilihan pertama.. see you next time ;).
hahaha.... masya Allah... Sabar yaa Pa' Nik. Orang tampan itu memang harus sabar... hahahaha
BalasHapusiya bu.. orang tampan di sayang Tuhan.. hehe,,
Hapus